Langsung ke konten utama

TEORI DASAR GRAVIMETRI


Analisis gravimetri adalah proses isolasi serta penimbangan suatu unsur atau suatu senyawa tertentu dari unsur tersebut dalam bentuk semurni mungkin.
Senyawa murni dapat diperoleh dengan cara:
1.       Pengendapan
Larutan sejumlah yang diketahui cuplikan direaksikan dengan larutan pereaksi tertentu yang akan mengendapkan ion/unsur yang akan ditentukan sebagai senyawa. Endapan senyawa ini setelah disaring dan dimurnikan lebih lanjut, ditimbang dan dari berat senyawa murni endapan ini kemudian dihitung jumlah atau kadar ion/unsur yang ditentukan.
2.       Penguapan
Penguapan senyawa murni dari cuplikan dapat dilakukan dengan pemanasan atau dengan mereaksikan cuplikan yang diketahui beratnya dengan pereaksi tertentu.
3.       Dengan pemanasan
Sejumlah berat cuplikan yang diketahui beratnya dipanaskan pada suhu yang cukup untuk menguapkan senyawa yang akan ditentukan. Karena penguapan, berat cuplikan akan berkurang dan dari berkurangnya berat ini kemudian ditentukan jumlah atau kadar senyawa yang ditentukan.
4.       Dengan reaksi
Sejumlah berat yang diketahui cuplikan direaksikan dengan pereaksi tertentu sehingga akan menghasilkan senyawa yang berwujud gas dan akan menguap. Berat uap/gas senyawa yang terbentuk dari cuplikan tidak ditentukan secara langsung dengan menentukan perkurangan berat, tapi secara tidak langsung. Gas/uap ini dialirkan ke dalam larutan/zat tertentu yang dinamakan adsorben. Dari pertambahan berat adsorben ini ditentukan berat senyawa yang diperoleh dari cuplikan dan seterusnya ditentukan jumlah/kadar ion/unsur yang ditentukan.
Faktor-faktor yang menentukan analisis dengan pengendapan yang berhasil adalah:
1.       Endapan harus begitu tidak larut, sehingga tidak akan terjadi kehilangan yang berarti, bila endapan dikumpulkan dengan menyaringnya, endapan yang hilang itu harus kurang dari 0,1 mg.
2.       Sifat fisika endapan harus sedemikian sehingga endapan dapat dengan mudah dipisahkan dari larutan dengan penyaringan dan dapat dicuci sampai bebas dari zat pengotor yang larut.
3.       Endapan harus dapat diubah menjadi suatu zat yang murni dengan komposisi kimia yang tertentu. Ini dapat dicapai dengan pemijaran.


II.      TEORI TENTANG GRAVIMETRI

1.       Kelarutan
Kelarutan dari suatu senyawa adalah jumlah maksimum senyawa yang dapat larut di dalam sejumlah pelarut tertentu pada suhu tertentu. Dari definisi kelarutan tersebut  dapat kita lihat satuan kelarutan haruslah menyatakan jumlah senyawa terlarut dan juga jumlah pelarutnya misalnya gram/liter atau gram/100 gram.
Untuk keperluan gravimetri yang sebagian besar pelarutnya digunakan air, kelarutan di dalam air yang terpenting karena itu dengan kelarutan selalu dimaksudkan di dalam air.
Bagi senyawa-senyawa yang mudah larut, kelarutannya dapat ditentukan
dengan pengerjaan sederhana. Tapi bagi senyawa-senyawa yang sukar larut dalam air, kelarutannya harus dihitung berdasar prinsip kesetimbangan kelarutan.





Kalau senyawa padat A2B yang sukar larut dimasukkan ke dalam air, maka
sebagian kecil dari A2B padat akan melarut. Jumlah A2B yang larut tidak ditentukan oleh jumlah A2B padatnya tapi hanya ditentukan oleh kelarutannya sendiri. Kalau larutannya jenuh, berarti jumlah zat padat yang melarut maksimum, maka berapapun banyaknya A2B padat tidak akan ada lagi A2B yang melarut lagi.
Kalau kelarutannya adalah s mol/liter, maka:

                                     A2Blarut    = s mol/liter

Karena jumlah senyawa yang larut sangat kecil, jadi larutan senyawanya encer sekali, maka senyawa ini akan terionisasi secara sempurna atau harga = l sehingga:

                                                           A+ = 2s mol/liter ; B2-       = 2 mol/liter

Untuk kesetimbangan di sebelah kanan, akan berlaku:
                     

Kalau kelarutannya jenuh, seperti dikemukakan sebelum ini, maka A2Blarut akan konstan sehingga:
        K.A2Blarut              = [A+]2 . [B2-]
        Ksp A2B                 = [A+]2 . [B2-]

K.A2Blarut yang merupakan perkalian antara dua dari konstanta harganya akan konstan dan dapat diganti dengan konstanta lain yang dinamakan Ksp. Harga Ksp suatu senyawa-senyawa yang sukar larut dalam air dapat kita baca pada tabel Ksp. Dari harga Ksp inilah kita kemudian dapat menghitung kelarutan (s).

   
   
                                                    
2.       Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah sebagai berikut:
2.1         Suhu/temperatur
            Semakin tinggi suhu kelarutan semakin besar, kecuali gas. Semakin tinggi suhu maka kelarutanya semakin kecil.
2.2         pH
            Pada endapan tertentu pH larutan mempengaruhi kelarutan endapan. Pengaruh pH akan ditentukan oleh jenis zat pelarut.
Misal: pengaruh pH pada larutan Fe(OH)3 
§  Pada pH rendah berarti pelarut bersifat asam, H+ tinggi dan ion H+ ini akan mempengaruhi kelarutan dari Fe(OH)3.
§  Pada pH tinggi berarti pelarut bersifat basa, OH- tinggi dan ion OH- ini akan mempengaruhi kelarutan dari Fe(OH)3
2.3   Adanya ligan
        Ligan dapat membentuk senyawa/ion kompleks dengan ion logam, sehingga adanya ligan dapat menyebabkan kelarutan menjadi besar.
2.4         Adanya ion senama
Ion senama adalah ion yang sama dengan salah satu ion dari endapan yang larut.
Contoh:
Ksp BaCO3 = 4,9 x 10-9
Kelarutan BaCO3 dalam larutan Na2CO3 1 M


                                Sehingga:
                                         Ksp         = x . 1
                                     4,9.10-9     = x
Kelarutan BaCO3 dalam larutan Na2CO3 1 M = 4,9.10-9 mol/L lebih kecil dari kelarutannya dalam air = 7.10-5 mol/L
Jadi ion senama dapat memperkecil kelarutan endapan.

3.       Pengendapan
Ksp dari suatu senyawa sama dengan hasil perkaliannya konsentrasi ion-ion dipangkatkan oleh koefisien reaksi ionisasi, hanya berlaku pada keadaan larutan jenuh. Karena hanya pada keadaan ini kelarutan atau konsentrasi zat terlarut konstan. Karena itu Ksp kemudian dapat digunakan sebagai ukuran tingkat kejenuhan larutan kalau dibandingkan dengan hasil perkalian konsentrasi ion-ionnya dipangkatkan oleh koefisien reaksi ionisasinya.
a.       Jika Ksp > hasil perkalian konsentrasi ion-ionnya dipangkatkan oleh koefisian reaksi ionisasinya, maka larutannya dikatakan larutan tidak jenuh.
b.      Jika Ksp = hasil perkalian konsentrasi ion-ionnya dipangkatkan oleh koefisian reaksi ionisasinya, maka larutannya dikatakan larutan jenuh.
c.       Jika Ksp < hasil perkalian konsentrasi ion-ionnya dipangkatkan oleh koefisian reaksi ionisasinya, maka larutannya dikatakan larutan kelewat jenuh.
Jadi pengendapan akan terjadi kalau hasil perkalian konsentrasi ion-ion dipangkatkan oleh koefisian reaksi ionisasinya lebih besar dari harga Ksp-nya.

3.1   Pemisahan ion dengan pengendapan
        Pada gravimetri pengendapan ini digunakan untuk pemisahan salah satu ion dari campuran beberapa ion. Pereaksi pengendapannya harus dipilih sedemikian sehingga ion dari larutan pereaksi pengendap itu akan mengendapkan satu ion tapi tidak mengendapkan ion yang lain. Penentuan ion mana yang akan terendapkan dapat dilakukan dengan dasar Ksp masing-masing senyawa yang diperkirakan akan terbentuk dari semua ion yang ada dengan ion dari larutan pereaksi pengendap.

3.2   Kesempurnaan pengendapan
Untuk keperluan gravimetri, pengendapan yang dilakukan terhadap ion yang akan ditentukan jumlahnya haruslah dilaksanakan dengan sempurna. Pengendapan suatu ion dikatakan sempurna kalau “sisa” ion yang tidak terendapkan sedemikian kecilnya sehingga tidak dapat diamati oleh neraca analitik. Kemampuan neraca analitik adalah 0,1 mg atau 0,0001 g sehingga sisa ion yang tidak terendapkan haruslah lebih kecil dari 0,1 mg. secara teoritis makin banyak kelebihan ion pengendap, akan sempurna pengendapan. Tapi harus diingat, kelebihan yang terlalu banyak akan memungkinkan ada ion lain yang akan turut mengendap dengan ion tersebut yaitu yang mempunyai Ksp lebih besar dari yang pertama mengendap.
        Contoh soal:
25 mL larutan BaCl2 0,2 M diencerkan hingga 175 mL, diendapkan dengan 25 mL larutan Na2SO4 0,5 M. Apakah Ba2+ terendapkan sempurna?
Jawab:
mmol Ba2+   = 25 mL x 0,2 M
                        = 5 mmol
mmol SO42-= 25 mL x 0,5 M
                        = 12,5 mmol
       
       Ba2+     +     SO42-                ®     BaSO4

M    5 mmol       12,5 mmol
B     5 mmol         5     mmol           5 mmol

S      -                   7,5    mmol          5 mmol

Terdapat sisa SO42- sebanyak 7,5 mmol

[BaSO4]        = 5mmol/200mL
                        = 0,025 M

[SO42-]           = 7.5 mmol/200mL
                        = 0,0375 M

Ba2+  +   SO42-              ®   BaSO4
s                 s               s

Ksp = [Ba2+] [SO42-]

9,9 . 10-11      = s ( s + 0,0375) s + 0,0375 <<<< 0,0375
9,9 . 10-11      = s . 0,0375
        s              = 264 . 10-11 

Ba2+ yang larut          = s x Mr x V
                                        = 264 . 10-11 x 233 x 0,2
                                        = 12302,4 .10-11
                                        = 1,23024 . 10-7 


3.3   Kemurnian endapan
        Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi dalam penetapan gravimetri adalah memperoleh endapan dengan kemurnian tinggi. Tetapi kenyataannya pada setiap pengendapan terhadap sesuatu ion akan selalu terjadi peristiwa yang dinamakan turut serta mengendap. Ada dua cara turut serta mengendap yaitu:
1.       Kopresipitasi
Peristiwa kontaminasi endapan oleh zat lain yang larut dalam pelarut. Hal   ini berhubungan dengan adsorpsi pada permukaan partikel dan terperangkapnya (okulasi) zat asing selama proses pertumbuhan kristal dari partikel promernya. Adsorpsi banyak terjadi pada endapan gelatin dan sedikit pada endapan mikro kristal.
2.       Postpresipitasi
Yaitu pengendapan yang terjadi pada permukaan endapan pertama sesudah ia terbentuk. Hal ini terjadi pada zat-zat  yang sedikit larut, yang membentuk endapan lewat jenuh. Zat-zat ini biasanya mempunyai satu ion yang sama dengan salah satu ion endapan primer.
Perbedaan kopresipitasi dan postpresipitasi:
1.       Kontaminasi bertambah dengan bertambah lamanya endapan dibiarkan bersentuhan dengan cairan induk pada postpresipitasi tetapi biasanya berkurang pada kospresipitasi.
2.       Pada postpresipitasi kontaminasi bertambah dengan semakin cepatnya larutan diaduk. Pada kopresipitasi keadaannya umumnya kebalikannya.
3.       Banyaknya kontaminasi pada postpresipitasi jauh lebih besar dari pada kopresipitasi.

3.4   Kondisi pengendapan
        Keadaan optimum pengendapan (kondisi pengendapan)
1.    Pengendapan harus dilakukan dalam larutan encer yang bertujuan memperkecil kesalahan akibat kopresipitasi.
2.    Pereaksi dicampur perlahan-lahan dan teratur dengan pengadukan yang tetap. Ini berguna untuk pertumbuhan kristal yang teratur. Untuk kesempurnaan reaksi, pereaksi yang ditambahkan harus berlebih.
3.    Pengendapan dilakukan dalam larutan yang panas asalkan pelarutan dan kestabilan endapan mengijinkan.
4.    Membiarkan endapan berkontak dengan larutan induk selama beberapa waktu diatas penangas air (digest). Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah kopresipitan. Selain itu untuk menghasilkan endapan yang partikelnya besar sehingga mudah disaring. Digest dapat dilakukan untuk endapan kristalin dan endapan yang berbentuk gumpalan tetapi tidak digunakan untuk endapan gelatin.
5.    Endapan harus dicuci dengan larutan encer.
6.    Dilakukan endapan ulang bila endapan mudah dilarutkan ulang terutama untuk oksida berair dan garam kristalin (bagi) asam lemah.

3.5   Pengendapan dengan pereaksi organik
        Pengendapan atau tepatnya pemisahan dengan ion yang akan ditetapkan dapat pula dilakukan dengan menggunakan pereaksi organik. Pengendapan ion dengan pereaksi organik mempunyai keuntungan tersendiri yaitu endapan mempunyai massa molekul relative yang besar sehingga dapat digunakan untuk penentuan secara gravimetri dengan kadar ion yang kecil. Pada umumnya pereaksi organik tidak hanya bereaksi dengan satu macam ion saja tapi dapat bereaksi dan menghasilkan  endapan dengan beberapa macam ion. Dengan kata lain pada umumnya pereaksi organik tidak spesifik. Tapi dengan mengatur kondisi saat pengendapan dilakukan pereaksi organik ini dapat dibuat menjadi spesifik terhadap ion tertentu.

Kondisi yang diatur diantaranya:
a.       pH larutan
b.      menambah pereaksi lain tertentu untuk menutup ion-ion yang lain.


BEBERAPA PENGENDAP ORGANIK BIASA



4.       Penyaringan
a.      Corong dan kertas saring
Corong yang digunakan biasanya terbuat dari gelas/kaca dan bertangkai panjang, antara 15 cm – 20 cm. sudut mulut corong harus 600. Sekarang diproduksi corong khusus untuk penyaringan gravimetri dengan mulut corong bagian dalam yang bergaris menonjol yang bertujuan untuk membantu mempercepat penyaringan.
Kertas saring yang digunakan haruslah kertas saring yang bebas abu (ashless filter paper) yang selalu dijual dalam bentuk bulatan. Ukuran kertas saring bebas abu ini bermacam-macam tapi yang paling sering digunakan yang bergaris tengah 9 cm dan 11 cm. Ukuran garis tengah lingkaran mulut corong juga ditentukan berdasarkan ukuran kertas saringnya. Pada dasarnya pada saat dipasang ujung atas kertas saring paling tinggi berada 1 cm di bawah ujung atau mulut corong. Selain ukuran garis tengah, kertas saring juga harus dipilih ukuran pori-pori yang cocok. Ukuran pori kertas saring harus disesuaikan dengan ukuran partikel endapan. Ukuran pori kertas saring selain menentukan kemampuan menahan endapan juga menentuka waktu saring. Makin kecil ukuran porinya, akan makin lama waktu yang diperlukan. Jadi, meskipun endapan berukuran pori kecil, tapi waktu saringnya akan menjadi lebih lama dan ini berarti merugikan. Ukuran pori kertas saring diberi kode dengan nomor dan untuk pabrik yang berbeda, nomor kodenya juga berbeda.

b.      Cawan gooch
Cawan Gooch bentuknya tepat sama seperti cawan pijar tapi bagian dasar cawan Gooch ini berlubang-lubang kecil. Cawan ini selain dapat berfungsi sebagai sarana penyaringan sekaligus berfungsi sebagai tempat menimbang endapan. Agar cawan Gooch dapat digunakan sebagai sarana penyaringan, sebelumnya harus dipasang penyaringnya yang terbuat dari serat asbes yang halus. Serat asbes halus untuk penyaring ini tersedia dipasaran sebagai “ Asbestos for Gooch crucibles”. Jika serat asbes ini dicelupkan atau direndam dalam air, ini akan memisah menjadi serat-serat yang halus. Yang digunakan adalah suspensi dari serat asbes yang halus.

c.       Kaca masir
Kaca masir adalah cawan saring yang dibuat pada umumnya dari kaca dan pada dasarnya dipasang kaca berpori yang biasa dinamakan kaca masir. Ukuran pori kaca masir bermacam-macam dari yang besar sampai yang kecil yang dinyatakan dengan G1, G2 dan seterusnya. Makin besar indeksnya maka makin kecil ukuran porinya. Kaca masir dapat dianggap pengganti cawan Gooch yang lebih permanen. Kaca masir selain berfungsi sebagai sarana penyaringan juga berfungsi sebagai tempat menimbang endapan.

d.      Teknik pengerjaan penyaringan
Terlepas jenis sarana penyaringan mana yang digunakan, penyaringan harus dilakukan dengan cara:
1.       Menuangkan cairan jernih di atas endapan sebanyak mungkin ke dalam penyaring dan menjaga agar sesedikit mungkin endapan terbawa ke dalam saringan.
        Dengan cara ini proses penyaringan akan menjadi lebih cepat karena pori-pori sarana penyaringan belum akan tertutup endapan.
2.       Langkah kerja selanjutnya setelah hampir semua cairan jernih dituang ke dalam penyaring ditentukan jenis endapannya.
Jika endapannya endapan kristal
Pindahkan secara kuantitatif endapan ke dalam penyaring dan kemudian disusul dengan pencucian endapan di dalam penyaring sampai bersih.
Jika endapannya adalah endapan koloid
Jika endapannya endapan koloid, setelah cairan di atas endapan habis, ke dalam endapan ditambahkan sejumlah larutan pencuci, dikocok beberapa lama, biarkan endapan turun dan tuangkan larutan pencuci di atas endapan ke dalam penyaring. Ini dilakukan beberapa kali sampai endapan hampir bersih dan baru kemudian seluruh endapan dipindahkan ke dalam penyaring secara kuantitatif.
3.       Jika penyaringan menggunakan sarana penyaringan kertas saring dan corong, haruslah diperhatikan ruangan di bawah kertas saring di dalam corong harus selalu terisi oleh cairan. Adanya cairan di bawah kertas saring ini akan membantu mengisap sehingga proses penyaringan lebih cepat.

5.       Pencucian endapan
Pencucian endapan pada gravimetri bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang terbawa atau di dalam endapan sehingga akan didapat endapan yang benar-benar murni. Bagaimana teknik pengerjaan pencucian endapan ini dilakukan, akan sangat ditentukan oleh jenis endapannya.
Ada dua macam endapan yang dikenal yaitu:
1.       Endapan kristal
Endapan kristal pada umumnya mempunyai partikel endapan berukuran agak atau besar, pertikel endapannya dapat berkembang menjadi partikel endapan yang lebih besar karena pada umumnya kelarutannya tidak terlalu kecil.
2.       Endapan kolloid
Endapan kolloid pada umumnya mempunyai partikel endapan yang sangat kecil dan karena itu juga akan mempunyai luas permukaan yang sangat besar. Sedemikian kecilnya partikel endapan kolloid ini sehinga dalam keadaan lapas selalu dapat menerobos kertas saring dengan ukuran pori yang terkecil sekalipun.
Endapan koloid sebenarnya terbentuk karena terjadinya “penggabungan” atau yang biasa dinamakan koagulasi. Bagaimana endapan kolloid ini terbentuk dapat dijelaskan sebagai berikut: dalam larutan kolloid yang pada umunya mengandung juga elektrolit, partikel kolloid yang berukuran sangat kecil ini selalu mengabsorpsi salah satu ion dari elektrolit yang ada dalam larutan. Akibatnya di dalam larutan kolloid selalu terjadi keadaan, dimana disekitar partikel kolloid selalu terdapat muatan rangkap dengan salah satu ion terabsorbi kuat oleh partikel kolloid dan ion yang lain berada di sekelilingnya. Karena terjadinya absorbsi ini: partikel kolloid menjadi bermuatan sama (kalau partikel koloidnya sama) sehingga akan selalu tolak menolak dan tidak akan dapat bergabung dan mengendap. Jika elektrolit yang ada dalam larutan kolloid itu banyak, akan terjadi keadaan (untuk partikel kolloid yang lebih senang mengabsorpsi ion atau muatan positif), ion atau muatan positif akan ditolak oleh partikel dan muatan negatif justru akan ditarik. Penolakan atau penarikan muatan sekarang oleh muatan yang diabsorpsi oleh partikel kolloid sebelumnya. Karena itu akan terjadi “pendesakan” muatan yang sama pada contoh ion negatif dan karena itu kolloid dinetralkan sehingga partikel kolloid tidak lagi akan tolak menolak dan memungkinkan penggabungan dan mengendap. Jadi pada endapan kolloid sebenarnya bukan hanya terdiri atas partikel endapan utama, tetapi juga terdapat elektrolit yang saling menetralkan.

Keefektifan pencuci dapat dinyatakan sebagai berikut:                 





Xn           = sisa pengotor setelah n kali pencucian
Xo           = jumlah pengotor sebelum pencucian
U             = sisa larutan dalam endapan
V             = jumlah pencuci yang ditambahkan
N             = jumlah pencucian

Contoh soal :
Xo = 25 mg, untuk setiap kali pencucian digunakan 25 mL dan larutan pencuci yang digunakan 200 mL. Hitung sisa pengotor jika endapan dicuci 4X.

Maka:






5.1.       Larutan pencuci
1. Untuk endapan kristal
                Untuk endapan kristal, larutan pencucinya adalah larutan elektrolit yang:
a.       Mengandung ion senama dengan salah satu ion endapan utama. Adanya ion senama pada larutan pencuci ini akan memperkecil kelarutan endapan sehingga “kehilangan” endapan utama selama pencucian dapat ditekan sekecil mungkin.
b.      Elektrolitnya harus mudah “diuapkan” pada suhu pemanasan endapan saat dilakukan pengubahan endapan dari bentuk pengendapan ke bentuk penimbangan.
2.       Untuk endapan kolloid
Untuk endapan kolloid, larutan pencucinya juga harus larutan elektrolit meskipun tidak harus mengandung ion senama. Juga disini elektrolitnya harus mudah “diuapkan” pada suhu pemanasan endapan. Secara teoritis endapan kolloid dapat dicuci dengan air saja, karena pada umumnya endapan kolloid adalah senyawa yang berkelarutan sangat kecil. Tapi kalau endapan dicuci hanya dengan air, maka “ion penetral” pada koagulan akan “larut” sehingga partikel kolloid pada endapan kembali bermuatan sama dan akan masuk kembali ke dalam larutan menjadi larutan kolloid yang akan menembus pori-pori kertas saring. Peristiwa masuknya partikel kolloid ke dalam larutan dan menembus kertas saring ini dinamakan “PEPTISASI”. Jadi pada larutan pencuci ini fungsi elektrolit bukan memperkecil larutan endapan utama tetapi mencegah terjadinya peptisasi.

5.2.       Teknik pencucian
Ada dua cara pencucian endapan yang dapat dipilih berdasarkan jenis dan sifat endapan, yaitu:
1.       Pencucian di atas saringan
Pencucian ini dilakukan terhadap endapan kristal dan pencucian dilakukan setelah endapan dipindahkan ke dalam saringan. Kedalam endapan dalam saringan ditambahkan sejumlah volume larutan pencuci selama larutan pencuci mengalir keluar dari saringan akan melarutkan “kotoran”. Setelah sebanyak mungkin larutan pencuci keluar dari saringan baru ditambahkan larutan pencuci berikutnya. Pencucian dengan cara ini dilakukan sampai endapan benar-benar bersih.
2.       Pencucian dengan dekantasi
Cara pencucian ini dilakukan terhadap endapan kolloid. Pencucian ini dilakukan sebelum endapan dipindahkan ke dalam penyaring. Masih di dalam gelas kimia setelah sebagian besar larutan induk dialirkan ke dalam penyaring, ke dalam endapan ditambahkan sedikit larutan pencuci, kocok sebentar, biarkan endapan turun dan tuangkan larutan pencuci di atas endapan ke dalam penyaring sampai hampir seluruhnya masuk ke dalam penyaring. Tambahkan lagi larutan pencuci dan pengerjaan diulang lagi. Pencucian ini dilakukan sampai endapan hamper bersih. Kemudian endapan yang hampir bersih dipindahkan dalam penyaring dan pencucian berikutnya dilakukan di dalam penyaringan.
Pencucian harus dilakukan dengan larutan yang cukup hanya untuk mengeluarkan pengotor dari endapan dan tidak dengan larutan pencuci yang berlebih dengan dasar ini harus selalu dilakukan pengetesan kebersihan pencucian setiap kali pencucian.

6.       Pemanasan endapan
Pemanasan endapan dimaksudkan untuk mengubah senyawa bentuk pengendapan menjadi senyawa bentuk penimbangan. Pada gravimetri senyawa bentuk pengendapan dapat berbeda dan dapat pula sama dengan senyawa bentuk penimbangan. Jika senyawa bentuk penimbangan berbeda dengan senyawa bentuk pengendapan, pada umumnya pemanasannya memerlukan suhu tinggi. Sedangkan jika senyawa bentuk penimbangan sama dengan senyawa bentuk pengendapan, pemanasannya memerlukan suhu yang tidak terlalu tinggi, cukup sekedar menguapkan airnya saja. Jika endapan harus dipanaskan pada suhu tinggi, penyaringan endapannya harus menggunakan sarana penyaringan kertas saring + corong dan dalam keadaan ini pemanasan endapan dilakukan setelah kertas saringnya habis. Yang harus diperhatikan pada proses penghilangan kertas saring ini yang biasanya dinamakan “pengabuan” kertas saring adalah:
a.       Pengarangan kertas saring tidak boleh menyebabkan terjadinya pembakaran kertas saring tersebut. Pembakaran kertas saring akan menyebabkan terjadinya “pemercikan” endapan dan hal ini akan mengurangi berat endapan. Kalau terjadi pembakaran pada kertas saring yang ditandai pembentukan asap, segera tutup cawan danb hentikan pemanasan. Teruskan pengarangan ini dengan api kecil kalau pembakaran telah berhenti.
b.      Pada saat pengoksidasian karbon atau pengabuan aliran udara (O2) harus sebaik mungkin dan suhu tidak boleh terlalu tinggi. Pada suhu yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi terhadap endapan sehingga terbentuk senyawa lain. Adanya senyawa lain yang tidak diharapkan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan penentuan.

7.       Perhitungan hasil analisa
Faktor kimia
Faktor kimia dari sesuatu unsur dalam senyawa murni adalah bilangan yang menyatakan berapa bagian unsur tersebut ada didalam sejumlah senyawa murni tertentu. Faktor kimia beberapa senyawa yang biasa digunakan sebagai senyawa bentuk penimbangan pada analisis gravimetri tercantum pada daftar faktor kimia.
Sebagai contoh pada tabel berikut ini:
No.
Unsur yang ditentukan
Senyawa bentuk penimbangan
Faktor kimia
1.
Fe
Fe2O3
0,69944
2.
Pb
PbCrO4
0,64108
3.
Ni
Ni(C4H7O2N2)2
0,20319

Dengan daftar seperti tercantum diatas, kalau pada suatu penentuan secara gravimetri didapat senyawa bentuk penimbangan Fe2O3 seberat g gram, maka:


                                                                                             = 0,69944.g gram


Perhitungan hasil pada gravimetri
Jika pada suatu penentuan gravimetri kadar unsur A dan pada penentuan ini gram diberikan dilarutkan dalam air dan setelah kondisi larutan disiapkan untuk pengendapan direaksikan dengan larutan ion Bm- sehingga terbentuk endapan yang setelah dipijarkan didapat sebagai AmBm sebanyak g’ gram.
Berat unsur A yang ada dalam g’ gram AmBm:

        Dengan anggapan seluruh unsur A pada cuplikan terendapkan sebagai AmBn, maka unsur A sebanyak disebutkan diatas berasal dari g gram cuplikan.
        Jadi:
                                                        

  
a.       Rangkuman 1
Materi kegiatan pembelajaran 1, terdiri dari :
1.       Pengantar analisis gravimetri
2.       Teori tentang kelarutan
3.       Teori tentang pengendapan
4.       Bahan-bahan pengendap organik
5.       Kemurnian endapan
6.       Teknik penyaringan: jenis alat saring dan cara menyaring
7.       Pencucian dan pengeringan endapan
8.       Perhitungan hasil analisis

b.      Tugas 1
1.       Pelajari keseluruhan uraian materi dalam kegiatan pembelajaran 1 dengan teliti dan cermat.
2.       Jawab semua pertanyaan yang tercantum dalam uraian materi
3.       Catat dan diskusikan hal-hal penting dalam uraian materi dalam kelompok kecil

c.       Tes Formatif 1
1.       Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan.
2.       Jelaskan perbedaan kopresipitasi dan postpresipitasi
3.       Hitunglah kelarutan CaF2 dalam 250 mL air. Ksp= 3,9 . 10-11

d.      Kunci Jawaban Tes Formatif 1
1.       Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah
a.       Suhu/temperatur
b.      pH
c.       Adanya ligan
d.      Adanya ion senama
2.       Perbedaan kopresipitasi dan postpresipitasi adalah
a.       Kontaminasi bertambah dengan bertambah lamanya endapan dibiarkan bersentuhan dengan cairan induk pada postpresipitasi tetapi biasanya berkurang pada kospresipitasi.
b.      Pada postpresipitasi kontaminasi bertambah dengan semakin cepatnya larutan diaduk. Pada kopresipitasi keadaannya umumnya kebalikannya.

3.       



2.       Kegiatan Belajar 2
PENETAPAN KADAR AIR KRISTAL BaCl2
a.       Uraian Materi 2
Kadar air suatu zat padat dapat ditentukan dengan cara memanaskan sejumlah berat cuplikan pada suhu tertentu. Pengukuran berat pada pamanasan ini menunjukkan berat air yang semula ada dalam cuplikan.
Penguapan air sebenarnya cukup dilakukan pada suhu sedikit diatas 100oC, biasanya pada suhu 105-110oC. Untuk beberapa cuplikan dari jenis senyawa tertentu, pemanasan dapat dilakukan jauh di atas 100oC kalau senyawa stabil terhadap suhu yang tinggi, misalnya panantuan kadar air dari hablur barium klorida. Jika senyawa dari cuplikan tidak tahan pada suhu tinggi, maka pamanasan biasanya dilakukan pada suhu sedikit diatas 100oC. Yang perlu diperhatikan lagi pada penentuan kadar air dengan cara ini adalah :
1.       Untuk cuplikan jenis senyawa tertentu seperti bahan makanan atau bahan organik, pamanasan pada suhu 105-110oC selain menguapkan air yang dikandungnya juga dapat menguapkan zat-zat lain yang mudah menguap. Dalam keadaan ini kandungan air yang terhitung sebanarnya bukan kadar air murni dari cuplikan tersebut tapi termasuk juga kadar zat yang mudah menguap pada suhu pamanasan.
2.       Untuk cuplikan yang berbantuk selai atau bubur, penentuan kadar airna sebaiknya tidak dilakukan dengan langsung memanaskan cuplikab pada suhu 105-110oC. Pemanasan langsung pada suhu ini dapat menyababkan terjadinya “pengeringan” cuplikan bagian luar dan bagian yang kering cuplikan ini yang kemudian menjadi keras sehingga dapat menghalangi penguapan air dari cuplikan di bagian dalam. Hal ini akan menyebabkan sangat lama bahkan salah sama sekali. Peristiwa mengerasnya bagian luar cuplikan karena pamanasan langsung ini dinamakan “case hardenning”. Case hardenning ini dapat dicegah dengan cara memanaskan cuplikan mula-mula sekitar 80oC selama beberapa lama dan kemudian suhu berangsur-angsur dinaikkan sampai suhu 105-110oC.
Cara ini dapat juga digunakan untuk penentuan jumlah air kristal yang ada dalam suatu hablur suatu senyawa padat murni dengan memanaskan senyawa padat murni. Pada pemanasan hablur senyawa padat murni akan terjadi
AmBn.xH2O (s)  D  AmBn(s)   +  xH2O(g)
Cara ini dapat pula digunakan untuk menentukan kadar zat padat dalam sejumlah air tertentu. Kadar zat padat terlarut atau “Total Disseolved Solids (TDS)” ditentukan dengan menguapkan sejumlah air volume air tertentu dan menimbang sisa penguapan padatnya.
Satuan TDS biasanya digunakan ppm atau part per million atau bagian per sejuta. Dengan anggapan bahwa b.j air tidak berubah karena adanya zat terlarut padat ini, maka ppm ini dianggap setara dengan jumlah mg zat terlarut dalam setiap liter air.

b.      Rangkuman 2
Contoh kristal barium klorida dipijarkan pada suhu 500-600oC. Berat yang hilang adalah berat air kristal

c.       Tugas 2
1. Pelajari uraian materi dan panduan percobaan dengan teliti dan cermat!
2. Lakukan percobaan sesuai dengan prosedur di atas dengan baik dan benar!
3. Hitung kadar air kristal dalam sampel !
4. Buat laporan tertulis tentang percobaan yang dilakukan !

d.      Tes Formatif 2
Sebanyak 2,0008 gram sample garam BaCl2.xH2O dipanaskan pada suhu 500oC, didinginkan dan ditimbang, pekerjaan ini dilakukan berulang kali hingga didapat berat konstan sebesar 1,6997 gram, tentukan kadar air kristal dalam sample !

e.      Kunci Jawaban Tes Formatif 2


f.        Lembar Kerja 2
a. Alat                                                                                       b. Bahan
-    Cawan                                                                                      - Contoh kristal barium klorida
-    Eksikator
-    Kaki tiga
-    Neraca analitis
-    Pembakar Bunsen
-    Segitiga porselen
-    Spatula
-    Tegel putih

c.       Prosedur  Kerja :
-    Pijarkan cawan kosong pada suhu 500-600 oC selama 30 menit. Dinginkan di udara, masukkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian timbang.
-    Lakukan pemijaran kembali selama 15 menit, dinginkan di udara, masukkan kedalam eksikator selama 10 menit kemudian timbang. Lakukan hal pengerjaan ini hingga didapat berat cawan konstan
-    Timbang dengan teliti 1,5 gram kristal barium klorida kedalam cawan yang telah konstan
-    Pijarkan kembali cawan dan contoh kristal suhu 500-600 oC selama 30 menit. Dinginkan di udara, masukkan dalam eksikator selama 15 menit kemudian timbang.
-    Lakukan pemijaran kembali selama 15 menit, dinginkan di udara, masukkan kedalam eksikator selama 10 menit kemudian timbang. Lakukan hal pengerjaan ini hingga didapat berat konstan
-    Hitung kadar air dalam contoh






















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Praktikum Evaporasi

Judul Percobaan          : EVAPORASI Percobaan ke-             : 1 (satu) Tanggal Percobaan     : 12 Maret 2012 Tujuan                         : -           Dapat menggunakan alat unit penguapan -           Dapat memilih temperatur dan tekanan sebaik mungkin umpan tertentu Dasar Teori                 :             Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tidak mudat menguap dan pelarut yang mudah menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi, pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang sangat viskos dan bukan zat padat. Begitu pula, evaporasi berbeda dengan distilasi karena disini uapnya biasanya komponen tunggal, dan walaupun uap itu merupakan campuran dalam proses evapora

Teori Dasar Spektrofotometer UV, VIS, IR

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer . Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.          Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari .         Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.          Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu